Setiap  manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat   kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu  perlu  dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya   pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,   petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil   pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan   tempat hidupnya. 
MACAM-MACAM SUMBER PANDANGAN HIDUP 
       Pandangan  hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi  pandangan hidup  dapat diklisifikasikan berdasarkan asalnya yaitu  terdiri ari 3 macam : 
- Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
 - Pandangan hidup yang berasal dari ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
 - Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
 
PANDANGAN HIDUP MUSLIM 
      Rumusan  tujuan  hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati posisi sentral,  yakni  orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang  diyakininya,  melalui figure Ulama Kharismatik, atau menurut kitab suci.  Menurut  ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha  Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah  
: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِـغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ , 
artinya : “Dan   di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari   keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” (QS.   2 Al Baqarah : 207). Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan   tentang tujuan hidup seorang Muslim, terpulang kepada apakah yang kita   lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai   Allah SWT atau tidak. Jika kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka   apapun yang diberikan Allah kepada kita, kita akan menerimanya   dengan ridha (senang) pula, ridha dan diridhai (radhiyatan mardhiyah). 
Indikator ridha Allah juga dapat dilihat dari dimensi horizontal, Nabi bersabda : “Bahwa ridha Allah ada bersama ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada bersama murka kedua orang tua”.   Semangat untuk mencari ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki   orang-orang yang beriman, sedangkan bagi mereka yang tidak mengenal   Tuhan, tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan   prilakunya sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati   pandangan hidup orang yang minus beragama, karena toh setiap manusia   memiliki akal yang bisa berfikir logis dan hati yang di dalamnya ada   nilai kebaikan.
       Metode  untuk mengetahui Tuhan juga diajarkan oleh Nabi dengan cara  bertanya  kepada hati sendiri, istifti qalbaka. Orang bisa berdusta  kepada orang  lain, tetapi tidak kepada hati sendiri. Hanya saja hati  orang  berbeda-beda. Hati yang gelap, hati yang kosong, dan hati yang  mati  tidak bisa ditanya. Hati juga kadang-kadang tidak konsisten, oleh  karena  pertanyaan paling tepat kepada hati nurani, Nurani berasal arti  kata  nur, cahaya. Orang yang nuraninya hidup maka ia selalu menyambung  dengan  ridha Tuhan. Problem hati nurani adalah cahaya nurani sering  tertutup  oleh keserakahan, egoisme, dan kemaksiatan. 
PENGERTIAN IDEOLOGI 
       Ideologi(mabda’)  adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar  tentang kehidupan dan  memiliki metode untuk merasionalisasikan  pemikiran tersebut berupa  fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar  tidak menjadi absurd dari  pemikiran-pemikiran yang lain dan metode  untuk menyebarkannya. 
Sehingga  dalam  Konteks definisi ideologi inilah tanpa memandang sumber dari  konsepsi  Ideologi, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi  sebagai  Ideologi dengan padanan dari arti kata Mabda’ dalam konteks  bahasa  arab. 
Apabila kita telusuri seluruh  dunia  ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu   Kapitalisme, Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini   dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara.   Sedangkan mabda yang ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh   satu negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam   masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru   dunia. 
FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAH LAKU SESEORANG 
       Karena  tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang  memiliki  tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah laku setiap  orang  berbeda-beda. Adapun 3 faktor yang menentukan tingkah laku  seseorang,  yaitu : 
- Faktor Pembawaan (Heriditas), yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua.
 - Faktor Lingkungan (Environment), lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
 - Faktor Pengalaman, pengalaman yang khas yang pernah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang bersifat negatif, maupun pengalaman manis yang bersifat positif, memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.
 
3 ALIRAN FILSAFAT 
Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu : 
- Aliran Naturalisme, hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Aliran Naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan, dari spekulasi tersebut maka keyakinanlah yang menjadi jawabannya. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan itu ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
 - Aliran Intelektualisme, dasar aliran ini dalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Akal berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang terpusat di hati, sehingga timbul islital “hati nurani”, artinya daya rasa. Di Barat, hati nurani inimenipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berfikir. Karena itu, aliran ini banyak dianut dikalangan Barat. Bi Timur orang mengutamakan hati nurani, yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani.
 - Aliran Gabungan, dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berfikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berfikir juga dapat diteriman oleh hati nurani.
 
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK 
       Manusia  pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya.  Akan  tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah   berpandangan hidup ini. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut : 
- Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jalan ini mengenal apa itu pandangan hidup.
 - Mengerti, disini dimaksudkan mengrti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalm pandangan hidup itu.
 - Menghayati, dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
 - Meyakini, suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
 - Mengabdi, merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.
 - Mengamankan, proses mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala demi tegaknya pandangan hidup itu.
 
buruknya tujuan atau langkah hidup yang   kita lalui kita sendirilah yang merasakan dan pasti ada konsekuensinya   terhadap setiap tingkah laku yang kita lakukan. 
SUMBER:
Ilmu Budaya Dasar seri diktat Gunadarama University oleh Widyo

Pada   tanggal 1 April 1906, Bandung memperoleh status Gemeente (setingkat   kotamadya), sehingga berhak menyelenggarakan pengelolaan kota sendiri.   Sejak saat itu, Kota Bandung mulai berbenah, antara lain dengan   melaksanakan pengembangan permukiman kota untuk warga Belanda dan   pembangunan kawasan pusat pemerintahan kotamadya (civic centre) berupa   Gedung Balaikota berikut sebuah taman (kemudian disebut Pieterspark)   tepat di lokasi bekas gudang kopi. Melengkapi civic centre ini, kelak   dibangun berbagai bangunan publik di sekitar balaikota seperti sekolah,   bank, kantor polisi, dan gereja, baik untuk umat Katolik maupun   Protestan.
Dalam   penyelenggaraan gereja selama 4 tahun berikutnya ternyata jumlah  jemaat  semakin bertambah hingga mencapai 280 orang pada Perayaan  Ekaristi.  Saat itu, jumlah umat Katolik di Bandung sendiri telah  mencapai 1800  orang. Maka Gereja St. Franciscus Regis pun diperluas  karena tidak cukup  lagi menampung jemaat yang semakin banyak. Setelah  melalui beberapa  alternatif dipilihlah sebuah lahan bekas peternakan di  sebelah Timur  Gereja St. Franciscus Regis, di Merpikaweg (kini jalan  Merdeka), sebagai  lokasi gereja baru. Perancangnya pun telah terpilih,  yaitu Ir. C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda.
Gereja   dan pastoran yang lama, Gereja St. Franciscus Regis, dijadikan gedung   Perkumpulan Sosial Katolik. Dua tahun kemudian, diresmikan pendirian   sebuah gedung sekolah Katolik untuk putra dengan nama St. Berchmans   di Javastraat (sekarang Jalan Jawa), tepat di sebelah Timur Gereja St.   Petrus. Sekarang bangunan sekolah itu digunakan oleh SD St. Yusup II.
